Monday 1 February 2016

Meniti Angin Menyibak Badai (2)

Aku hirup dalam-dalam aroma itu, hmmm.......... serasa berada kembali pada masa itu. Ya.... saat aku berdiri di balik jendela rumahku menikmati pemandangan hujan yang sangat menyenangkan. Menonton serombongan bebek tetangga yang berenang riang, seolah mengajakku untuk berenang di kubangan air hujan di pekarangan. Saat itu aku tak berani keluar tuk bermain hujan-hujanan, aku  hanya naik ke jendela lalu duduk di kusen jendela sambil sesekali kubasahi kakiku di tetesan hujan yang mengalir turun dari genteng rumahku.

Tiba-tiba aku mendengar suara gelak tawa anak-anak berlarian ke halaman rumahku, mereka begitu menikmati setiap tetesan hujan di tubuhnya. Tak ada rasa dingin, mereka semua bersuka ria. Mereka memanggil-manggil namaku, merayuku untuk bermain bersama dibawah deras hujan. Akupun makin ragu, teringat kata-kata ibuku : “Jangan hujan-hujanan Wied, nanti sakit loh, air hujan itu membawa penyakit”. Tapi..........., mengapa teman-temanku gak ada yang melarang? Mereka tetap sehat-sehat saja kayaknya?.

Lalu diam-diam aku masuk kedalam, kutengok ibuku disana, ternyata tengah beristirahat tidur di kamar. Seketika aku berlari menghambur keluar rumah. Wow..... sangat menyenangkan ternyata, pantas saja teman-temanku begitu gembira setiap datang hujan. Aku ceburkan badanku di kubangan pekarangan, ha ha ha  ha..... kayak bebek-bebek yang tadi aku lihat. Berkejar-kejaran dengan teman-teman hingga sampai di tanah lapang. Bermain bola karet dan berguling-guling saat jatuh beradu badan hingga baju penuh lumpur. Begitu menyenangkan.

No comments:

Post a Comment